PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI LUAS LINGKARAN
DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME
Makalah
Sebagai Salah Satu Tugas dalam Kuliah
Desain Pembelajaran Matematika
Oleh
SITI FATIMAH
NIM : 20102512028
Dosen Pengampu
Dr. RUSDY A SIROJ, M.Pd
PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2011
PENDAHULUAN
Dalam kegiatan pembelajaran, langkah terpentingnya adalah menentukan materi pembelajaran yang tepat agar membantu siswa mencapai kompetensi. Menjabarkan materi pembelajaran dalam bentuk bahan ajar yang lengkap dimana isi materi harus dipilih dan diatur agar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai guru. Selain itu, bagaimana cara memanfaatkan bahan ajar juga merupakan hal penting. Pemanfaatan dimaksud adalah bagaimana cara mengajarkannya ditinjau dari pihak guru, dan cara mempelajarinya ditinjau dari pihak siswa (Afgani,2009:1). Hal lain yang berkenaan dengan bahan ajar adalah memilih sumber dimana bahan ajar itu didapatkan. Hingga saat ini, ada kecenderungan bahwa sumber bahan ajar dititikberatkan pada buku (Depdiknas, 2006a).
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.22 tahun 2006, yang berisi tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang memberikan wewenang bagi sekolah untuk menyusun sendiri kurikulumnya karena Permen tersebut hanya memberikan standar isi yang perlu dijadikan pedoman sebagai kemampuan minimal yang harus dimiliki siswa. (Depdiknas, 2006b)
Menurut penjelasan didalam lampiran Permen No. 22 tahun 2006 tersebut, terdapat prinsip pengembangan kurikulum diantaranya: berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik pada lingkungannya. Ini menjelaskan bahwa peserta didik memiliki posisi sentral sebagai komponen untuk mengembangkan potensinya untuk menjadi manusia yang lebih baik, berilmu, aktif, kreatif dan mandiri.
Pelajaran Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang harus diajarkan di setiap jenjang sekolah tentu memiliki peran penting dalam mencapai tujuan pendidikan yang diamanahkan Undang-Undang. Karena matematika merupakan mata pelajaran yang membekali peserta didik dengan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Adapun tujuan pendidikan matematika sebagaimana yang terdapat di dalam kurikulum KTSP mata pelajaran matematika (dalam Depdiknas, 2006), yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Dalam mencapai tujuan-tujuan pembelajaran tersebut, guru dituntut untuk profesional dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus mampu mendesain pembelajaran matematika dengan metode, teori atau pendekatan yang mampu menjadikan siswa sebagai subjek belajar bukan lagi objek belajar. Sehingga efek dari pembelajaran matematika tersebut akan menjadikan siswa memiliki kemampuan penalaran, komunikasi, koneksi, dan mampu memecahkan masalah.
Pendekatam Konstruktivis merupakan salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan oleh para guru matematika dalam mengembangkan kemampuan siswa berpikir, bernalar, komunikasi, dan pemecahan masalah baik dalam pelajaran maupun dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis adalah proses belajar mengajar dimana siswa diberi kesempatan untuk membangun pengetahuannya sendiri, karena siswa terlibat aktif dan tekanan proses pembelajarannya terletak pada siswa .
Dalam desain pembelajaran ini penulis memilih materi Keliling dan Luas Lingkaran yang merupakan bahan pelajaran untuk siswa SMP kelas VIII dengan menggunakan pendekatan konstruktivis yang dalam proses pembelajarannya siswa secara aktif dalam belajar serta mengkonstruksi pengetahuannya dan mengaitkannya dengan pengetahuan awal yang telah dimilikinya.
TINJAUAN TEORI
Teori Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri ( Van Glasersfelld dalam Suparno, 1997 ). Dalam proses konstruksi itu diperlukan beberapa kemampuan berikut :
1. Kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman
2. Kemampuan membandingkan, mengambil keputusan (justifikasi) mengenai persamaan dan perbedaan
3. Kemampuan untuk lebih menyukai pengalaman yang satu daripada yang lain
Pemahaman dapat dibangun oleh siswa sendiri secara aktif dan kreatif, hal ini sesuai dengan pendapat para ahli konstruktivisme, Whatley, Gunstone & Gray (dalam Suparno,1997) mengatakan bahwa pengetahuan tidak diterima siswa secara pasif, melainkan dikonstruksi secara aktif oleh siswa, gagasan-gagasan atau pemikiran-pemikiran guru tidak dapat dipindahkan langsung kepada siswa melainkan siswa sendirilah yang harus aktif membentuk pemikiran atau gagasan tersebut dalam otaknya.
Matthews ( dalam Suparno, 1996 ) membedakan dua tradisi besar dari konstruktivisme, yaitu pertama konstruktivisme psikologis, bertitik tolak dari perkembangan psikologis anak dalam membangun pengetahuannya. Kedua, kontruktivisme sosiologis lebih mendasarkan pada masyarakatlah yang membangun pengetahuan. Konstruktivisme psikologis bercabang dua, yaitu konstruktivisme personal, dikenal dengan sebutan konstruktivisme Vygotsky sedangkan konstruktivime sosiologis berdiri sendiri.
Suparno (1997) mengemukakan bahwa Prinsip-prinsip yang diambil dari konstruktivisme antara lain : (1) pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif, (2) tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa, (3) mengajar adalah membantu siswa belajar (4) tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir, (5) kurikulum menekankan partisipasi siswa dan (6) guru adalah fasilitator.
Pembelajaran Dengan Teori Konstruktivisme
Karakteristik pembelajaran dengan menggunakan teori konstruktivisme adalah sebagai berikut:
a. Mengaitkan pembelajaran dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa sehingga pengetahuan akan dikonstruksi siswa secara bermakna . Hal iini dapat dilakukan dengan menyediakan pengalaman belajar yang sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki siswa.
b. Mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi yang realistik dan relevan, sehingga siswa terlibat secara emosional dan sosial. Dengan demikian diharapkan matematika menjadi menarik baginya dan mereka termotivasi untuk belajar. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menyediakan tugas-tugas matematika yang berhubungan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan terbuka, menyediakan masalah yang dapat diselesaikan dengan berbagai cata atau yang tidak hanya mempunyai satu jawaban yang benar.
d. Mendorong terjadinya interaksi dan kerjasama dengan orang lain atau lingkungannya, mendorong terjadinya diskusi terhadap pengetahuan baru.
e. Mendorong penggunaan berbagai representasi atau media
f. Mendorong peningkatan kesadaran siswa dalam proses pembentukan pengetahuan melalui refleksi diri. Dalam hal ini penting bagi siswa perlu didorong kemampuannya untuk menjelaskan mengapa atau bagaimana memecahkan suatu masalah atau menganalisis bagaimana proses mereka mengkonstruksi pengetahuan, demikian juga mengkomunikasikan baik lisan maupun tulisan tentang apa yang sudah dan belum diketahuinya.
Adapun implikasi dari teori belajar konstruktivisme dalam pendidikan anak (Poedjiadi, 1999: 63) adalah sebagai berikut:
1. Tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi,
2. Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu, latihan memcahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari
3. Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.
Sebagaimana sudah dinyatakan, tidak setiap pengetahuan dapat dipindahkan dengan mudah dari otak seorang guru ke dalam otak murid-muridnya. Menurut paham konstruktivisme, seorang siswa harus membangun sendiri pengetahuan tersebut. Karenanya seorang guru dituntut menjadi fasilitator proses pembelajarannya.
Berdasarkan pengertian dan ciri-ciri dari pendekatan konstruktivis, maka teori yang mendasari dan relevan adalah :
1. Teori Bruner
Jerome Bruner dalam teorinya menyatakan bahwa belajar matematika akan lebih berhasil jika proses pengajaran diarahkan kepada konsep-konsep dan struktur-struktur yang terbuat dalam pokok bahasan yang diajarkan, disamping hubungan yang terkait antara konsep-konsep dan struktur-struktur. Dalam mengenal konsep dan struktur yang tercakup dalam bahan yang sedang dibicarakan, anak akan memahami materi yang harus dikuasai itu. Ini menunjukkan bahwa materi yang mempunyai suatu pola atau struktur tertentu akan lebih mudah dipahami dan diingat anak.
Bruner, melalui teorinya itu, mengungkapkan bahwa dalam proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda konkrit ( alat peraga ). Nampaklah, bahwa Bruner sangat menyarankan belajar secara penuh. Lebih disukai lagi bila proses ini berlangsung ditempat yang khusus, yang dilengkapi dengan objek-objek untuk dimanipulasi anak.
Bruner mengemukan bahwa dalam proses belajarnya anak melewati 3 tahap, yaitu :
a. Tahap Enaktif
Dalam tahap ini anak secara langsung terlibat dalam memanipulasi ( mengotak-atik ) objek
b. Tahap Ikonik
Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan anak berhubungan dengan mental, yang merupakan gambaran dari objek-objek yang dimanipulasinya. Anak tidak langsung memanipulasi objek seperti yang dilakukan siswa dalam tahap enaktif
c. Tahap Simbolik
Dalam tahap ini anak memanipulasi symbol-simbol atau lambing-lambang objek tertentu. Anak tidak lagi terikat dengan objek-objek pada tahap sebelumnya.Siswa pada tahap ini sudah mampu menggunakan notasi tanpa ketergantungan terhadap objek riil. ( Suherman : 2001, 45 )
Empat Teorema Belajar dan Mengajar Bruner
1. Teorema Konstruksi
Bruner menyataan bahwa siswa lebih mudah memahami ide-ide abstrak dengan menggunakan peragaan konkret ( enactive) dilanjutkan ke tahap semi kongkret (iconic) dan diakhiri dengan tahap abstrak (symbolic). Dengan menggunakan tiga tahap tersebut, siswa dapat mengkonstruksi suatu representasi dari konsep atau prinsip yang sedang dipelajari.
2. Teorema Notasi
Bruner menyatakan bahwa simbol-simbol abstrak harus dikenalkan secara bertahap, sesuai dengan tingkat perkembangan kognitifnya
3. Teorema Kekontrasan
Bruner menyatakan bahwa konsep matematika dikembangkan dengan beberapa contoh dan yang bukan contoh.
4. Teorema Konektivitas
Bruner menyatakan bahwa konsep tertentu harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang relevan. ( Shadiq : 2008, 30 )
Dalil-dalil yang dikemukakan Bruner, berdasarkan hasil pengamatannya ke sekolah-sekolah dalam ( Suherman: 2001,45) sebagai berikut :
a. Dalil penyusunan ( konstruksi )
Dalil ini menyatakan bahwa jika anak ingin mempunyai kemampuan dalam hal menguasai konsep, teorema, definisi dan semacamnya, anak harus dilatih untuk melakukan penyusunan representasinya. Untuk melekatkan idea atau definisi tertentu dalam pikiran, anak-anak harus menguasai konsep dengan memcoba melakukannya sendiri. Dengan demikian, jika anak aktif terlibat dalam kegiatan mempelajari konsep yang dilakukan dengan jalan memperlihatkan representasi konsep tersebut, maka anak akan lebih memahaminya.
Apabila dalam proses perumusan dan penyusunan ide-ide tersebut anak disertai dengan bantuan benda-benda konkret, maka mereka akan lebih mudah mengingat ide-ide yang dipelajari itu. Siswa akan lebih mudah menerapkan ide dalam situasi riil secara tepat. Dalam tahap ini anak memperoleh penguatan yang diakibatkan interaksinya dengan benda-benda konkret yang dimanipulasinya.
b. Dalil Notasi
Dalil notasi mengungkapkan bahwa dalam penyajian konsep, notasi memegang peranan penting. Notasi yang digunakan dalam menyatakan sebuah konsep tertentu harus disesuaikan dengan tahap perkembangan mental anak. Notasi yang diberikan tahap demi tahap ini sifatnya berurutan dari yang paling sederhana sampai yang paling sulit. Penyajian seperti ini dalam matematika merupakan pendekatan spiral. Dalam pendekatan spiral setiap ide-ide matematika disajikan secara sistematis dengan menggunakan notasi-notasi yang bertingkat. Pada tahap awal notasi ini sederhana, diikuti dengan notasi berikutnya yang lebih kompleks.
c. Dalil Pengkontrasan dan keanekaragaman
Dalam dalil ini dinyatakan bahwa pengontrasan dan keanekaragaman sangat penting dalam melakukan pengubahan konsep dipahami dengan mendalam, diperlukan contoh yang banyak sehingga anak mampu mengetahui karakteristik konsep tersebut. Konsep yang diterangkan dengan contoh dan bukan contoh adalah salah satu cara pengontrasan. Melalui cara ini anak akan mudah memahami arti karakteristik konsep yang diberikan tersebut.
d. Dalil Penguatan ( konektivitas )
Dalam dalil ini dinyatakan bahwa dalam matematika antara satu konsep dengan lainnya terdapat hubungan yang erat, bukan saja dari segi isi, namun juga dari segi rumus-rumus yang digunakan. Materi yang satu mungkin merupakan prasyarat bagi yang lainnya, atau suatu konsep tertentu diperlukan untuk menjelaskan konsep lainnya.
2. Metode Penemuan
Menurut Ruseffendi metode penemuan adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan: sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Dengan demikian dalam pembelajaran dengan penemuan, siswa dapat memperoleh pengetahuan dari pengalamannya menyelesaikan masalah bukan melalui transmisi dari guru.
Ruseffendi menyatakan belajar penemuan itu penting, sebab matematika adalah bahasa yang abstrak : konsep dan lain-lainnya itu akan lebih melekat bila melalui penemuan dan dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah. Menurut Ernest bahwa belajar matematika adalah pertama dan paling utama adalah aktif, dengan siswa belajar melalui permainan, kegiatan, penyelidikan, proyek, diskusi, eksplorasi, dan penemuan.
Tiga ciri utama belajar menemukan
- Mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan.
- Berpusat pada siswa.
- Kegiatannya untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengatahuan yang sudah ada.
Pada metode penemuan konsep dan prosedur yang dipelajari siswa merupakan hal yang baru, belum diketahui sebelumnya. Oleh karena itu beberapa instruksi atau petunjuk perlu diberikan kepada siswa apabila mereka belum mampu menunjukkan ide atau gagasan. Dalam menemukan konsep dan prosedur yang dipelajari, sebaiknya siswa tidak dilepas begitu saja bekerja untuk menemukan, tetapi diberikan bimbingan agar siswa tidak tersesat. Bimbingan tersebut dapat dimulai dengan mengajukan beberapa pertanyaan dan dengan memberikan informasi secara singkat.
Untuk sampai kepada konsep yang harus ditemukan, sangat tergantung kepada pengetahuan siap siswa dan pengetahuan baru siswa yang baru saja diperolehnya. Oleh karena itu metode penemuan yang diterapkan dalam proses pembelajaran adalah metode penemuan terbimbing dan dibawakan melalui bekerja dalam kelompok. Dengan kata lain metode penemuan terbimbing dengan setting belajar kooperatif.
Pada desain pembelajaran ini, teori belajar yang digunakan adalah pendekatan konstruktivis, yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi ( bentukan ) kita sendiri. Maka langkah-langkah yang digunakan yaitu :
1. Pendahuluan
a. Guru memberikan gambaran tentang teknis pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme , serta tugas dan aktivitas yang akan dilakukan siswa.
b. Guru menjelaskan pada siswa bahwa dari benda–benda yang ada disekitar kita terdapat benda yang tepinya berbentuk lingkaran, diantaranya adalah mata uang logam, kepingan CD, jam, roda, permukaan gelas dan lain-lain.
2. Kegiatan Inti
a. Guru membagi siswa dalam 4 kelompok
b. Guru membagi alat dan bahan yang akan digunakan dalam kegiatan menemukan rumus luas lingkaran
c. Siswa melakukan kegiatan penemuan luas lingkaran sesuai panduan pada LKS
d. Siswa mendiskusikan masalah yang terdapat pada LKS
e. Selama siswa mengerjakan kegiatan pada LKS, guru mengamati pekerjaan siswa sambil mengarahkan siswa yang mengalami kesulitan mengerjakan kegiatan dalam LKS
f. Guru meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya, guru sebagai pemimpin diskusi
3. Penutup
a. Guru meminta siswa menyimpulkan tentang konsep-konsep inti yang diperoleh dari kegiatan pada LKS
b. Guru memberikan soal latihan untuk dikerjakan dirumah
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : SMP Negeri 8 Prabumulih
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : VIII / Genap
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit
A. Standar Kompetensi : Menentukan unsur, bagian lingkaran serta ukurannya
B. Kompetensi Dasar : Menghitung Keliling dan Luas Lingkaran
C. Indikator Pembelajaran
· Menentukan Rumus Luas Lingkaran
· Menghitung Luas Lingkaran
D. Materi Pokok : Lingkaran
E. Metode / Pendekatan Pembelajaran
· Metode Pembelajaran : Diskusi Kelompok
· Pendekatan Pembelajaran : Pembelajaran Konstruktivisme
F. Sarana Pembelajaran
Alat Peraga bentuk lingkaran, LKS, Penggaris, Kertas Karton, Gunting, pensil, ,busur, jangka,spidol, lem
G. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Pendahuluan ( 5 menit )
a. Guru memberikan gambaran tentang teknis pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan teori belajar Konstruktivis, serta tugas dan aktivitas yang akan dilakukan siswa
b. Guru menjelaskan pada siswa bahwa dari benda–benda yang ada disekitar kita terdapat benda yang tepinya berbentuk lingkaran, diantaranya adalah mata uang logam, jam, roda, CD, permukaan gelas dan lain-lain.
Kegiatan Inti ( 70 menit )
a. Siswa aktif memanipulasi atau mengotak atik benda-benda berbentuk lingkaran, dan melihat keteraturan bentuk dan pola dari benda tersebut
b. Siswa beralih dari benda konkrit ke gambaran dari benda yang berbentuk lingkaran
dengan membuat gambar dari lingkaran tersebut pada karton
c. Buatlah lingkaran dengan jari-jari tertentu diatas karton, kemudian bagilah lingkaran itu menjadi dua bagian yang sama besar dengan cara membuat garis tengah dan beri warna berbeda
d. Bagilah lingkaran itu menjadi juring-juring dengan besar sudut masing-masing a° ( setiap kelompok besar sudutnya berbeda ) dan salah satu juringnya dibagi menjadi dua bagian yang sama.
e. Gunting lingkaran tersebut sesuai dengan juring-juring yang terjadi
f. Guru dan siswa mendiskusikan bahwa potongan-potongan lingkaran tersebut dapat disusun sedemikian rupa sehingga seperti bentuk persegi panjang, trapesium, jajar genjang dan belah ketupat
g. Guru menjelaskan bahwa untuk menentukan luas lingkaran dapat dilakukan dengan menentukan luas persegi panjang, trapesium, jajar genjang dan belah ketupat tersebut.
h. Bangun persegi panjang, trapesium, jajar genjang dan belah ketupat yang terjadi, kita
hitung luasnya dengan rumus yang telah mereka ketahui. Bagaimana hubungan luas
lingkaran dengan luas persegi panjang, trapesium,jajar genjang dan belah ketupat itu
i. Tuliskan rumus luas lingkaran yang telah diperoleh
j. Guru memberi soal tentang perhitungan luas lingkaran
Kegiatan Penutup ( 5 menit )
a. Guru meminta siswa untuk membuat kesimpulan tentang yang sudah dipelajari
b. Guru memberikan soal-soal untuk dikerjakan dirumah
H. EVALUASI
Jenis Tagihan : tes formatif dan aktivitas dalam kelompok
Bentuk tagihan : tes uraian
Mengetahui Prabumulih,
Kepala SMP Negeri 8 Prabumulih Guru Mata Pelajaran Matematika
Materi Pokok : Lingkaran
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit (2 jam pelajaran)
Sub Pokok Bahasan : Luas Lingkaran
I. Tujuan Pembelajaran :
1. Menentukan Rumus Luas Lingkaran
2. Menghitung Luas Lingkaran
II. Tugas
Menyatakan rumus Luas Lingkaran
III. Kelengkapan
Benda-benda berbentuk lingkaran, Kertas karton, penggaris, jangka, spidol, gunting, lem
IV. Prosedur
Kegiatan Pendahuluan ( 5 menit )
a. Guru memberikan gambaran tentang teknis pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan teori belajar Bruner, serta tugas dan aktivitas yang akan dilakukan siswa.
b. Guru menjelaskan pada siswa bahwa dari benda–benda yang ada disekitar kita terdapat benda yang tepinya berbentuk lingkaran, diantaranya adalah mata uang logam, jam, roda, permukaan gelas dan lain-lain.
Kegiatan Inti ( 70 menit )
a. Siswa memanipulasi atau mengotak atik benda-benda berbentuk lingkaran seperti benda-benda dibawah ini dan melihat keteraturan bentuk dan pola dari benda tersebut
b. Siswa beralih dari benda konkrit ke ikon/gambar dari benda yang berbentuk lingkaran dengan membuat gambar dari lingkaran tersebut pada karton
c. Buatlah lingkaran dengan jari-jari tertentu diatas karton, kemudian bagilah lingkaran itu menjadi dua bagian yang sama besar dengan cara membuat garis tengah dan beri warna berbeda
d. Bagilah lingkaran itu menjadi juring-juring yang sama besar, misalnya a° ( setiap kelompok besar sudutnya berbeda ) dan salah satu juringnya dibagi menjadi dua bagian yang sama
e. Gunting lingkaran tersebut sesuai dengan juring-juring yang terjadi
f. Guru dan siswa mendiskusikan bahwa potongan-potongan lingkaran tersebut dapat disusun sedemikian rupa sehingga seperti bentuk persegi panjang, trapesium, jajar genjang dan belah ketupat
g. Guru menjelaskan bahwa untuk menentukan luas lingkaran dapat dilakukan dengan menentukan luas bangun datar seperti persegi panjang, trapesium, jajar genjang dan belah ketupat tersebut.
h. Bangun persegi panjang, trapesium, jajar genjang dan belah ketupat yang terjadi, dihitung luasnya dengan rumus yang telah mereka ketahui
i. Bagaimana hubungan luas lingkaran dengan luas persegi panjang, trapesium,jajar genjang dan belah ketupat itu
Bangun datar yang terjadi adalah bangun …………….
Luas Lingkaran = Luas …………………….
= ……….. ……… …………
= ……………..……..……….
= ………………………………
j. Tuliskan rumus luas lingkaran yang telah diperoleh
k. Siswa menjawab soal tentang luas lingkaran menggunakan rumus yang telah diperolehnya
MENGHITUNG LUAS LINGKARAN
1. Hitunglah luas lingkaran yang panjang jari-jarinya 14 cm dengan p =
|
2.
|
3.
|
Kegiatan Penutup ( 5 menit )
|
DAFTAR PUSTAKA
Adinawan, M.Cholik. 2008. Seribu Pena Matematika untuk SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta : Erlangga
Afgani, Win Muhamad. 2009. Pengembangan Media Website Pada Meteri Program Linier Di Sekolah Mengengah Atas. Palembang : Program pasasarjana Universitas Sriwijaya.
Depdiknas. 2006a. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Standar Kompetensi SMP dan MTs. Jakarta: Depdiknas.
_________. 2006b. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006 tentang Standar isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas
Shadiq, Fadjar. 2008. Psikologi Pembelajaran Matematika di SMA, Yogyakarta : Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Matematika.
Suherman, Herman. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : JICA. Universitas Pendidikan Indonesia